Di era serba digital seperti saat ini content marketing memiliki peran penting untuk perkembangan bisnis. Selain menulis blog, penggunaan gated content juga bisa menjadikan salah satu strategi yang efektif. Sebenarnya strategi yang satu ini sudah lama dikenal oleh market. Namun, tidak semua brand bisa sesuai menerapkan strategi yang satu ini. Apalagi jika brand tersebut masih baru.
Pasalnya, dinilai lebih sesuai dilakukan jika brand sudah dikenal dan memiliki banyak pelanggan loyal. Dijadikan apa sebenarnya gated content itu? Mengapa strategi ini lebih sesuai dilakukan oleh brand yang sudah dikenal?
Apa Itu Gated Content?
TechTarget mendefinisikan gated content sebagai sebuah materi online yang mengharuskan penggunanya mengisi formulir terlebih dahulu sebelum dapat mengaksesnya. Formulir tersebut biasanya hanya berisi pertanyaan seputar nama pengguna atau alamat email saja. Namun, ada juga beberapa brand yang meminta informasi lebih lanjut seperti pekerjaan hingga nama perusahaanya.
Salah satu tujuan dari pelaksanaan hal tersebut adalah untuk mendapatkan lead. Jadi, informasi yang diberikan pengguna dapat dimasukkan ke dalam database untuk dijadikan lead potensial. Tentu saja , hal initidak dapat ditujukan pada setiap audiens. Jadi, marketer harus terlebih dahulu menargetkan konten yang dibuatnya untuk audiens tertentu agar lead yang dihasilkan juga lebih berkualitas. Karena tujuan dari hated content adalah untuk mencari lead, tentu saja biasanya traffic dari konten tersebut tidak begitu tinggi.
Content marketing bernama David Meerman Scott mengatakan konten yang bebas di akses memiliki peluang di – download pengguna hingga 20 sampai 50 kali jika dibandingkan. Pasalnya, gated tidak mudah ditemukan oleh pengguna karena Google tidak melakukan crawling terhadap jenis konten tersebut.
Meski begitu, hal ini sangat berguna untuk menjaga konten ekskulasif kita dari plagiarisme dan mampu mendapatkan leads yang berkualitas.
Pro san Kontra dari Gated Content
Setelah memahami pengertiannya, sekarang cari tahu dahulu apa saja kelebihan dan kekurangan dari melakukan strategi gated content. Dilansir dari Webfx, berikut ini penjelasannya:
Pro dari menggunkan gated content
- Mendapatkan lead berkualitas untuk bisnis.
- Berpotensi meningkatkan penjualan.
- Mengetahui tentang bisnis konten yang lebih disukai oleh audiens.
- Memberikan insight tentang pelanggan.
Kontra dari gated content
- Menghalangi audiens untuk mengakses konten karena perlu mengisi formulir terlebih dahulu.
- Membuat audiens merasa repot oleh sehingaa mereka malah menjauh.
- Konten tidak dapat diindeks oleh mesin pencarian dan tidak bisa memanfaatkan SEO.
- Traffic cukup rendah karena konten tidak bisa dilihat oleh audiens dengan mudah.
- Tidak ada brand visibility.
Beberapa Contohnya
Inilah beberapa contoh penggunaannya yang dilansir dari HubSpot:
1.E-book
Salah satu contoh paling populer dari gated content adalah e-book. Pasalnya, saat ini jenis konten seperti e-book sangat diminati oleh banyak orang. Hal itu disebabkan isi e-book biasanya menjelaskan hasil riset suatu brand atau organisasi tentang topik tertentu. Jadi, informasi yang disajikan pun sangat bermanfaat.
Semakin berkualitas isi e-book tentunya akan meningkatkan kepercayaan audiens terhadap brand. Jadi, jenis konten yang satu ini juga bisa dijadikan strategi untuk membangun loyalitas pelanggan. Umumnya sebelum men – download sebuah e – book, audiens harus mengisi formulir yang disediakan terlebih dahulu.
2.Webinar
Saat ini webinar cukup populer karena diminati oleh banyak orang yang ingin menambah skill dengan mudah. Kini sudah banyak brand yang memanfaatkan webinar untuk menggaetkan banyak audiens. Rupanya, webinar juga termasuk dalam gated content karena audiens umumnya harus mengisi formulir terlebih dahulu sebelum bergabung dalam webinar.
Semakin menarik topik yang akan dibawakan dalam webinar, tentunya akan membuat lebih banyak audiens yang merasa penasaran.
Demikian penjelasan mengenai gated content mulai dari pengertian, pro dan kotra, hingga contohnya. Semoga bermanfaat.