Mengenal FOMO Marketing

Table of Contents

Blog DiGIMA Indonesia

Pernahkah Anda mengalami perasaan panik yang tidak nyaman atau takut melewatkan kesempatan sesuatu ? Inilah yang disebut ‘FOMO‘ atau Fear Of Missing Out Perasaan ini bisa begitu kuat sehingga Anda mendorong diri Anda untuk melakukan sesuatu secara impulsif. FOMO sudah ada sejak lama, tetapi dengan munculnya media sosial kehadiran fenomena ini juga meningkat. Istilah FOMO pertama kali diperkenalkan pada tahun 2004 untuk menggambarkan fenomena yang terlihat di situs jejaring sosial.  Bagi marketer, fenomena ini merupakan peluang besar untuk dimanfaatkan agar orang-orang impulsif membeli barang atau jasa dari marketer tersebut. Biasanya penerapan FOMO ini dihubungkan dengan kondisi tertentu. Lalu, bagaimana penerapan ide  FOMO ini dalam dunia marketing ?

Tetapkan Batas Waktu  

Anda dapat mengkondisikan tenggat waktu dan pelanggan dapat membuat keputusan pembelian impulsif di bawah tekanan jam yang terus berjalan. Kemudian Anda harus mematuhi batas waktu Anda. Jangan terus menunda tenggat waktu tersebut karena pelanggan Anda akan tahu bahwa Anda menipu mereka. Itu termasuk hal yang buruk untuk reputasi merek Anda.

Bukti Media Sosial

Bukti media sosial telah menjadi bukti dari ide fomo marketing. Di sini, penggunaan media sosial menunjukkan pengalaman pengguna tentang suatu produk atau layanan. Saat orang melihat orang lain membeli atau berlangganan produk atau layanan, mereka menganggapnya sebagai validasi dan membuat keputusan pembelian berdasarkan ulasan tersebut. Oleh karena itu, orang sering membeli produk dengan ulasan positif dan testimonial video. Strategi FOMO ini menggunakan kecenderungan umum konsumen yang tidak ingin ketinggalan tren. Ini telah menjadi metode yang menarik untuk mempengaruhi orang untuk membuat keputusan pembelian untuk produk mahal.

Urgensi

Dengan ide FOMO marketing  ini, marketer mencoba menciptakan rasa urgensi di antara pembeli, sehingga mereka segera mengambil tindakan untuk suatu produk atau kesepakatan. Tujuannya adalah untuk menyusun pesan marketing yang akan membuat pembeli berpikir bahwa tindakan segera diperlukan,  jika mereka tidak ingin kehilangan.  Untuk menciptakan perasaan mendesak di antara pengguna, pemasar menggunakan frasa ajakan bertindak khusus untuk mendorong pembeli melakukan pembelian, seperti:

  • Beli sekarang!
  • Stok terbatas tersedia.
  • Hanya (x jumlah ) yang tersisa.
  • Cepat sebelum terlambat.

Buat Konten Kedaluwarsa

Klien kami sering takut membuat konten yang kedaluwarsa jika mereka kehilangan penjualan.  Konten yang kedaluwarsa memberikan getaran ideFOMO marketing ini. Salah satu alasan mengapa Snapchat begitu sukses adalah karena platform tersebut menggunakan konsep konten yang “kedaluwarsa”. Setelah konten hilang, Anda kehilangan kesempatan untuk melihatnya selamanya.

Contohnya GrubHub, sebuah perusahaan layanan makanan, memberikan contoh yang baik tentang efek konten yang kedaluwarsa. Perusahaan menciptakan ketegangan melalui serangkaian cuplikan cerita Snapchat yang masing-masing mengungkapkan bagian dari kode promo karena semakin banyak pizza yang dikonsumsi.

Peluang yang Terlewatkan

Peluang yang terlewatkan adalah ide FOMO marketing yang umum. Ini berhasil bermain dengan emosi Anda dan membuat Anda menyadari bagaimana perasaan Anda jika ada kesepakatan atau peluang yang terlewatkan. Strategi pemasaran ini biasanya dilakukan pada saat hari libur ketika para pelaku usaha mempromosikan produknya dengan diskon penjualan. Strategi pemasaran FOMO ini mencakup frasa:

  • Abaikan jika Anda tidak ingin lalu lintas.
  • Jangan lewatkan kesepakatan fantastis ini.

Ternyata FOMO merupakan ide dalam marketing untuk menggaet banyak pembeli. FOMO ini singkatan dari Fear Of Missing Out. Selain itu, Anda bisa menggali ilmu marketing lebih dalam ke sosial media DIGIMA. Semoga artikel ini bermanfaat untuk Anda.