Gunakan pertanyaan di iklan, dalam dunia periklanan, perhatian audiens adalah segalanya. Di antara banjir informasi yang terus mengalir setiap hari, brand perlu mencari cara agar pesan mereka bisa menonjol. Salah satu strategi sederhana namun efektif adalah menggunakan pertanyaan dalam iklan. Pertanyaan menggugah rasa ingin tahu, mengaktifkan pikiran, dan mendorong audiens untuk berhenti sejenak dan mencari jawaban. Artikel ini akan membahas bagaimana dan mengapa pertanyaan bisa menjadi elemen kunci dalam membuat iklan yang menarik, berkesan, dan mampu menghasilkan respons yang diinginkan
Baca juga: Iklan Berbasis Augmented Reality (AR) dan Virtual Reality (VR)
Kenapa Pertanyaan Efektif dalam Iklan?
Pertanyaan memiliki kekuatan psikologis. Saat seseorang membaca atau mendengar sebuah pertanyaan, otak mereka secara otomatis berusaha menjawabnya. Proses ini terjadi secara alami, bahkan tanpa disadari. Ini yang membuat pertanyaan menjadi alat yang sangat kuat dalam menarik perhatian.
Alih-alih langsung menawarkan produk atau jasa, pertanyaan membuat audiens terlibat lebih dulu. Mereka tidak merasa “dijual”, tapi diajak berpikir. Ketika sebuah iklan membuka dengan “Capek kerja terus tapi uang nggak cukup?” atau “Kulitmu makin kusam walau rajin skincare-an?”, ini menimbulkan reaksi emosional yang lebih dalam. Audiens yang merasa relate akan merasa “iklan ini ngomongin aku”, lalu terdorong untuk mencari solusi yang ditawarkan.
Jenis-Jenis Pertanyaan yang Bisa Digunakan
Tidak semua pertanyaan cocok untuk setiap jenis produk atau kampanye. Maka penting untuk memahami jenis pertanyaan yang bisa digunakan dalam iklan, tergantung dari tujuan dan audiens yang ingin disasar.
Pertama adalah pertanyaan retoris, yaitu pertanyaan yang tidak perlu dijawab secara langsung. Contohnya: “Siapa yang nggak mau hemat tiap belanja?” Jenis ini efektif untuk membangun kedekatan dan menyentuh sisi emosional.
Kedua adalah pertanyaan langsung dan eksplisit, yang mengajak audiens merespons, seperti: “Sudah coba sabun mandi yang bisa mencerahkan dalam 7 hari?” atau “Penasaran gimana cara dapetin kulit glowing alami?”
Ketiga, ada pertanyaan pemicu keputusan, seperti: “Mau mulai hidup sehat sekarang atau tunggu sakit dulu?” Pertanyaan seperti ini menekan urgensi dan bisa mendorong tindakan cepat.
Cara Menempatkan Pertanyaan di Iklan
Agar pertanyaan bekerja efektif dalam iklan, penempatannya harus tepat. Di awal konten, pertanyaan bisa menjadi hook yang memikat audiens dalam tiga detik pertama. Ini berlaku di media sosial seperti TikTok, Reels, atau iklan video pendek lainnya.
Di tengah konten, pertanyaan bisa dipakai untuk mempertahankan minat, menggiring pikiran audiens, atau mempertegas poin penting. Sedangkan di bagian akhir, pertanyaan berfungsi sebagai pemicu aksi mendorong audiens untuk klik, beli, atau cari tahu lebih lanjut.
Misalnya, sebuah iklan kopi kekinian bisa diawali dengan: “Masih minum kopi sachet yang itu-itu aja?” lalu diakhiri dengan, “Mau tahu rasa kopi asli tanpa ribet?”
Dua Teknik Jitu Membuat Pertanyaan Iklan yang Kuat
Berikut dua teknik yang bisa membantu kamu membuat pertanyaan dalam iklan jadi lebih berdampak:
Fokus pada Masalah Nyata Audiens, Identifikasi masalah umum atau keresahan yang dirasakan target pasar. Misalnya, jika kamu menjual produk perawatan rambut, gali keresahan seperti rambut rontok, lepek, atau ketombe. Lalu rangkai dalam bentuk pertanyaan: “Rambut rontok bikin kamu minder tampil di depan umum?”
Pertanyaan ini membuat audiens merasa dimengerti. Rasa koneksi emosional seperti ini bisa jauh lebih ampuh dibanding langsung menyebut keunggulan produk.
Gunakan Gaya Bahasa Sehari-hari, Gunakan bahasa yang natural dan sesuai dengan gaya bicara target audiens. Pertanyaan yang terdengar terlalu formal bisa terasa kaku dan membuat jarak. Bandingkan “Apakah Anda mengalami masalah pada kulit wajah Anda?” dengan “Jerawatan mulu padahal udah rajin cuci muka?”
Gaya yang santai, jujur, dan terasa akrab lebih mudah membangun kedekatan dan meningkatkan engagement.
Menyesuaikan Gaya Pertanyaan dengan Platform
Setiap platform memiliki karakteristik dan ekspektasi audiens yang berbeda. Di TikTok dan Reels, gaya bertanya yang ringan, lucu, atau bahkan nyeleneh bisa lebih efektif. Contohnya: “Pernah nggak sih ketiduran pas Zoom tapi kamera nyala?”
Sementara di LinkedIn, pertanyaan yang menyentuh aspek profesional akan lebih sesuai, seperti: “Apa strategi terbaik buat naik gaji tahun ini?”
Instagram bisa jadi ruang fleksibel untuk pertanyaan yang visual dan interaktif, terutama lewat fitur story, poll, atau Q&A. Kamu bisa membuat pertanyaan seperti: “Kamu tim skincare pagi dulu atau malam dulu?” atau “Kira-kira kamu pilih promo 50% atau gratis ongkir?”
Contoh Praktik Nyata Penggunaan Pertanyaan
Brand minuman sehat lokal pernah menjalankan iklan di Instagram yang dimulai dengan pertanyaan, “Minuman sehat, tapi rasanya kayak obat? Siapa yang tahan?” Lalu mereka menampilkan produk dengan visual segar, review jujur, dan CTA ajakan mencoba. Hasilnya? Engagement meningkat karena banyak orang merasa pertanyaan itu sangat relate.
Brand fashion lain membuka kampanyenya dengan, “Pernah mikir baju bagus harus mahal?” lalu menampilkan koleksi bergaya dengan harga terjangkau. Pertanyaan tersebut sukses menimbulkan rasa penasaran dan mendorong klik ke website mereka.
Mengukur Efektivitas Pertanyaan dalam Iklan
Seperti strategi lainnya, kamu perlu mengukur apakah pendekatan ini efektif atau tidak. Gunakan A/B testing untuk melihat versi iklan dengan dan tanpa pertanyaan, lalu bandingkan hasilnya: klik, waktu tonton, komentar, hingga konversi.
Jika ternyata iklan dengan pertanyaan menghasilkan lebih banyak interaksi atau kunjungan, itu pertanda bahwa pendekatan ini cocok untuk audiensmu. Tapi, jika tidak ada peningkatan berarti, kamu bisa bereksperimen dengan jenis pertanyaan lain atau penempatan yang berbeda.
Pertanyaan sebagai Pembuka Percakapan
Iklan yang sukses bukan hanya yang dilihat, tetapi yang memicu respons. Salah satu kekuatan pertanyaan adalah kemampuannya membuka percakapan. Ketika audiens merasa diajak bicara, bukan diperintah, mereka lebih terbuka dan lebih mudah terhubung dengan brand.
Cobalah membuat pertanyaan yang bersifat terbuka, seperti: “Gimana cara kamu hemat di tengah naiknya harga kebutuhan?” Lalu dorong audiens untuk menjawab lewat kolom komentar atau reply. Aktivitas ini bisa membangun komunitas dan menciptakan hubungan dua arah antara brand dan konsumen.
Tantangan dan Tips Menghadapinya
Meski terdengar sederhana, tidak semua pertanyaan bekerja efektif dalam iklan. Tantangannya ada pada relevansi dan cara penyampaian. Jika pertanyaan terasa terlalu umum atau klise, bisa jadi justru diabaikan.
Oleh karena itu, pastikan kamu:
- Melakukan riset tentang audiens terlebih dahulu.
- Menghindari pertanyaan yang jawabannya terlalu jelas (misalnya: “Mau hidup lebih baik?” tentu semua orang mau).
- Tidak mengulang pertanyaan yang sudah terlalu sering dipakai banyak brand.
- Selalu mengaitkan pertanyaan dengan solusi yang ditawarkan produkmu.
Kesimpulan
Di tengah dunia digital yang makin bising, iklan yang mengajak berpikir lebih punya peluang untuk bertahan di ingatan audiens. Menggunakan pertanyaan dalam iklan adalah strategi sederhana namun kuat untuk menciptakan koneksi, menggugah rasa penasaran, dan mendorong tindakan.
Alih-alih memaksa, pertanyaan membangun jembatan. Mereka mengajak, bukan menekan. Dan dalam dunia pemasaran modern, brand yang bisa mengajak konsumen berdialog akan selalu lebih disukai daripada yang hanya bicara sepihak.
Jadi, siap mencoba strategi bertanya dalam iklanmu berikutnya? Mungkin jawabannya ada di benak audienskamu hanya tinggal memicunya.
Ingin meningkatkan visibilitas dan pertumbuhan bisnis di dunia digital? DIGIMA siap membantu! Kami menyediakan layanan pembuatan konten Instagram yang menarik, pengembangan website profesional, serta produksi video pendek yang engaging untuk meningkatkan interaksi dengan audiens. Optimalkan strategi pemasaran digitalmu bersama DIGIMA! Hubungi Admin DIGIMA atau kirim DM ke Instagram DIGIMA sekarang dan temukan solusi terbaik untuk bisnis Anda.