Strategi iklan dengan FOMO, pernahkah kamu merasa harus segera membeli tiket konser karena takut kehabisan? Atau buru-buru checkout barang karena labelnya “tersisa 3 lagi”? Kalau iya, berarti kamu sudah merasakan efek FOMO (Fear of Missing Out) sebuah fenomena psikologis yang sangat kuat dan kini menjadi senjata ampuh dalam strategi periklanan.
Di era digital, ketika informasi bergerak sangat cepat dan tren silih berganti dalam hitungan jam, FOMO menjadi alat pemasaran yang tak boleh diabaikan. Konsumen masa kini, terutama generasi muda, sangat responsif terhadap hal-hal yang eksklusif, terbatas, dan viral. Mereka tidak ingin ketinggalan momen, diskon, atau pengalaman yang sedang ramai diperbincangkan. Artikel ini membahas bagaimana kamu bisa memanfaatkan FOMO sebagai strategi iklan yang efektif untuk menarik perhatian, mendorong aksi, dan membangun loyalitas.
Baca juga: Iklan CTV di Indonesia: Perkembangan Industri Iklan Digital
Memahami Konsep FOMO dalam Iklan
FOMO adalah rasa cemas atau takut akan tertinggal dari suatu hal yang sedang terjadi, khususnya yang dilakukan atau dimiliki orang lain. Dalam konteks iklan, FOMO bisa dimanfaatkan untuk memicu keputusan pembelian dengan cepat. Strategi ini memanfaatkan tekanan sosial dan urgensi waktu untuk mendorong konsumen segera mengambil tindakan.
Penting untuk dipahami bahwa FOMO bukan berarti menakut-nakuti audiens secara negatif, tapi menciptakan perasaan antusias dan urgensi yang mendorong mereka untuk tidak menunda. Ketika digunakan dengan tepat, FOMO bisa mengubah calon pembeli yang ragu menjadi pembeli yang langsung bertindak.
Mengapa FOMO Efektif di Era Digital
FOMO sangat efektif di era media sosial karena sifat alami platform-platform tersebut adalah berbagi dan memperlihatkan apa yang sedang dilakukan atau dimiliki oleh orang lain. Feed Instagram penuh dengan orang yang liburan, makan di tempat hits, atau memakai produk tren terbaru. Ini menumbuhkan rasa “aku juga harus punya” atau “jangan sampai aku ketinggalan.”
Dengan begitu, strategi iklan berbasis FOMO tidak hanya memanfaatkan psikologi audiens tetapi juga mengandalkan dinamika sosial yang memang sudah terjadi secara alami. Ketika iklan berhasil menempatkan produk atau layananmu sebagai bagian dari tren atau sesuatu yang langka, konsumen akan merasa terdorong untuk segera ikut serta.
Membangun Elemen Urgensi dan Kelangkaan
Dua elemen penting dalam menciptakan FOMO adalah urgensi dan kelangkaan. Urgensi berarti menciptakan batas waktu tertentu yang membuat audiens merasa harus segera bertindak. Misalnya, “Diskon hanya hari ini!” atau “Pre-order dibuka sampai jam 12 malam.”
Sementara itu, kelangkaan mengacu pada jumlah yang terbatas. Contohnya, “Tersisa 10 item lagi!” atau “Hanya untuk 50 pembeli pertama.” Ketika dua elemen ini digabungkan, kekuatan FOMO akan meningkat berkali-kali lipat dan menghasilkan keputusan pembelian yang lebih cepat.
Dua Taktik Iklan FOMO yang Ampuh
Berikut 2 cara untuk iklan fomo yang ampuh:
- Countdown Timer di Website atau Landing Page
Menambahkan hitungan mundur pada halaman checkout atau promosi sangat efektif meningkatkan urgensi. Konsumen bisa melihat secara langsung bahwa waktu mereka terbatas. Ini meningkatkan tekanan internal untuk segera mengambil tindakan sebelum waktu habis.
- Notifikasi Pembelian Real-Time
Kamu bisa menggunakan tools yang memunculkan notifikasi kecil di layar, seperti “Ayu dari Jakarta baru saja membeli produk ini!” atau “15 orang sedang melihat produk ini.” Ini menimbulkan persepsi bahwa produk sangat diminati dan stok bisa habis sewaktu-waktu.
Menggabungkan FOMO dengan Influencer Marketing
Ketika influencer memperlihatkan produk yang baru mereka coba dan memberi tahu bahwa hanya tersedia dalam waktu atau stok terbatas, maka efek FOMO yang ditimbulkan bisa menjadi sangat kuat. Konsumen cenderung mengikuti jejak orang yang mereka kagumi atau anggap sebagai panutan.
Kolaborasi dengan influencer dalam strategi FOMO bisa dilakukan dalam bentuk unboxing eksklusif, flash sale hanya melalui link mereka, atau konten “last chance” yang memperkuat pesan urgensi. Selain menciptakan ketertarikan emosional, cara ini juga membantu membangun trust karena datang dari suara yang dianggap kredibel.
FOMO di Media Sosial: Format dan Timing yang Tepat
Media sosial adalah ruang paling subur untuk menanam strategi FOMO. Story Instagram dengan polling, countdown, atau sticker limited offer bisa langsung menciptakan engagement. Format seperti live streaming juga memberikan kesan “momen spesial” yang hanya bisa diakses saat itu saja.
Waktu posting juga sangat penting. FOMO akan bekerja maksimal saat audiens sedang aktif misalnya saat jam istirahat siang, malam hari, atau akhir pekan. Konten yang diposting di waktu tepat akan lebih cepat viral dan menciptakan buzz yang menular.
FOMO dan Eksklusivitas: Kunci Menarik Loyal Customer
FOMO juga bisa dibangun lewat eksklusivitas. Buat audiens merasa bahwa mereka adalah bagian dari kelompok terpilih yang mendapat akses duluan. Misalnya, “Early access untuk subscriber,” “Hanya member VIP yang bisa ikut flash sale,” atau “Link hanya dibagikan via email.”
Rasa spesial ini menciptakan koneksi emosional dan loyalitas terhadap brand. Ketika seseorang merasa memiliki akses eksklusif, mereka lebih cenderung menghargai produk, berbagi pengalaman mereka, dan membeli lagi di kemudian hari.
Gunakan Bahasa yang Memicu Aksi Cepat
Dalam konten iklan yang menggunakan FOMO, penggunaan kata-kata sangat menentukan. Pilih kata-kata yang membangkitkan rasa terburu-buru tanpa membuat konsumen merasa terintimidasi. Beberapa contoh kata atau frasa yang efektif antara lain:
- “Terbatas!”
- “Segera habis!”
- “Jangan sampai ketinggalan!”
- “Khusus hari ini saja!”
- “Langka!”
- “Peluang terakhir!”
Frasa-frasa ini bisa digunakan di judul, caption, banner, atau bahkan pada kemasan produk digital dan fisik.
Hindari FOMO yang Menyesatkan
Meski FOMO bisa sangat efektif, penting untuk tidak menyalahgunakannya. Hindari membuat urgensi palsu atau informasi menyesatkan seperti “hanya satu hari” padahal besok diskon dilanjutkan lagi. Ini bisa merusak kepercayaan konsumen dalam jangka panjang.
Transparansi tetap menjadi nilai penting. Pastikan kamu menyampaikan informasi secara jujur, termasuk soal waktu promo, ketersediaan stok, atau syarat dan ketentuan yang berlaku.
Contoh Nyata Penggunaan FOMO yang Sukses
Beberapa brand besar telah menggunakan FOMO dengan sangat cerdas. Misalnya, fashion brand yang hanya merilis koleksi dalam waktu 48 jam dan tidak akan memproduksinya lagi. Atau aplikasi pemesanan tiket yang menunjukkan “tinggal 3 kursi lagi dengan harga ini!”
Dalam skala UMKM, FOMO bisa diterapkan lewat pre-order terbatas, launching produk handmade dengan batch kecil, atau diskon kilat yang hanya berlaku selama live streaming berlangsung.
Kesimpulan
Strategi iklan dengan pendekatan FOMO adalah cara yang ampuh untuk menciptakan dorongan emosional yang mendorong konsumen bertindak cepat. Dengan menyisipkan elemen urgensi, kelangkaan, eksklusivitas, serta memanfaatkan platform dan tools yang tepat, kamu bisa menciptakan iklan yang bukan hanya menarik tapi juga menghasilkan konversi yang signifikan.
Namun seperti strategi lainnya, FOMO harus digunakan secara bijak dan konsisten dengan nilai brand. Ketika dilakukan dengan benar, FOMO tidak hanya menciptakan penjualan instan, tetapi juga membangun momentum, buzz, dan loyalitas pelanggan yang berkelanjutan.
Kalau kamu mau artikel ini dipecah jadi konten singkat buat carousel IG, thread Twitter, atau script video ads, tinggal bilang aja ya! Siap bantu buatkan versinya.
Ingin meningkatkan visibilitas dan pertumbuhan bisnis di dunia digital? DIGIMA siap membantu! Kami menyediakan layanan pembuatan konten Instagram yang menarik, pengembangan website profesional, serta produksi video pendek yang engaging untuk meningkatkan interaksi dengan audiens. Optimalkan strategi pemasaran digitalmu bersama DIGIMA! Hubungi Admin DIGIMA atau kirim DM ke Instagram DIGIMA sekarang dan temukan solusi terbaik untuk bisnis Anda.