Cerita yang Relatable, setiap orang memiliki kisah hidup. Ada yang dramatis, ada pula yang sederhana. Tapi tidak semua cerita memiliki kekuatan untuk menggugah atau menyentuh. Di antara banyaknya kisah yang beredar di sekitar kita, hanya beberapa yang mampu menancap kuat dalam benak. Salah satu jenis cerita yang memiliki daya tarik luar biasa adalah cerita yang relatable. Ini adalah jenis cerita yang terasa dekat, nyata, dan mencerminkan pengalaman yang seringkali dialami oleh banyak orang.
Cerita yang relatable bukan tentang betapa luar biasanya sebuah kejadian, melainkan tentang bagaimana cerita itu mencerminkan kenyataan yang kita kenal. Ia bisa membuat kita berkata dalam hati, “Aku pernah mengalami itu,” atau “Aku tahu rasanya.” Kekuatan dari cerita yang relatable terletak pada kemampuannya untuk menciptakan resonansi emosional secara alami, tanpa perlu paksaan atau dramatisasi yang berlebihan. Artikel ini akan membahas apa itu cerita yang relatable, mengapa ia begitu kuat, dan bagaimana menciptakannya.
Baca juga: Storytelling yang Menyentuh: Kekuatan Cerita dalam Merajut Empati
Apa Itu Cerita yang Relatable?
Cerita yang relatable adalah cerita yang terasa akrab bagi audiens. Ia mencerminkan pengalaman sehari-hari, perasaan umum, atau dilema yang sering dihadapi banyak orang. Cerita ini tidak perlu luar biasa untuk menjadi bermakna. Justru, keistimewaannya ada pada kesederhanaan dan kedekatannya dengan kenyataan yang kita hadapi dalam kehidupan.
Misalnya, kisah tentang seseorang yang merasa kesepian di tengah keramaian, atau cerita tentang anak muda yang bingung menentukan arah hidup setelah lulus kuliah. Ini semua bukan hal yang luar biasa secara naratif, tetapi sangat kuat secara emosional karena banyak orang pernah merasakannya. Cerita seperti ini menyentuh karena ia menghadirkan cermin, bukan panggung. Pembaca atau pendengar melihat dirinya sendiri di dalam cerita itu.
Cerita yang relatable memanfaatkan detail-detail kecil yang nyata. Bukan semata tentang peristiwa besar, tetapi tentang perasaan yang muncul di baliknya. Dalam narasi seperti ini, tokoh cerita tidak selalu menang atau berhasil. Mereka bisa gagal, ragu, atau tersesat. Tapi di situlah justru cerita menjadi nyata, menjadi hidup, dan menjadi dekat.
Mengapa Cerita yang Relatable Sangat Berkesan?
Cerita yang relatable memiliki kekuatan untuk menyentuh hati karena ia membuka ruang untuk empati. Ketika seseorang merasa bahwa cerita yang dibacanya mencerminkan kehidupannya sendiri, ia secara otomatis merasakan keterhubungan. Ini adalah hubungan emosional yang dalam dan tidak mudah dicapai hanya dengan logika atau informasi.
Dalam psikologi, dikenal istilah teori cermin emosional, di mana manusia merespons pengalaman orang lain seolah-olah pengalaman itu terjadi pada dirinya sendiri. Inilah alasan mengapa kita bisa merasa sedih saat menonton adegan perpisahan di film, atau merasa bahagia saat membaca kisah sukses seseorang. Ketika cerita terasa relatable, otak kita tidak hanya memproses cerita itu sebagai informasi, tapi juga sebagai pengalaman pribadi.
Selain itu, cerita yang relatable juga memperkuat rasa kebersamaan. Banyak orang yang merasa sendirian dalam pergumulannya. Ketika mereka menemukan cerita yang mencerminkan apa yang mereka rasakan, muncul rasa lega karena menyadari bahwa mereka tidak sendiri. Cerita ini menjadi semacam pelipur lara, tempat berlindung, sekaligus penyemangat.
Ciri-Ciri
Agar sebuah cerita bisa terasa relatable, ada beberapa hal penting yang biasanya hadir dalam narasinya. Pertama, karakter atau tokoh cerita dibuat memiliki sifat dan latar belakang yang manusiawi. Mereka punya kelemahan, punya rasa takut, dan punya keraguan. Mereka tidak sempurna, dan justru karena itu, mereka terasa nyata.
Kedua, cerita yang relatable tidak berlebihan dalam menggambarkan situasi. Ia tidak menggunakan bahasa yang terlalu dramatis atau hiperbolik. Narasinya jujur, apa adanya, dan membiarkan emosi tumbuh secara alami dari pengalaman tokoh.
Ketiga, konflik dalam cerita adalah konflik yang umum terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Bisa tentang hubungan yang renggang, ketidakpastian masa depan, kelelahan mental, atau pertanyaan tentang makna hidup. Semua ini adalah tema yang dekat dengan kehidupan banyak orang.
Keempat, penyelesaian cerita biasanya tidak memberikan jawaban yang mutlak. Justru, ia membuka ruang bagi pembaca untuk merenung dan menyusun makna mereka sendiri. Inilah yang membuat cerita seperti ini tetap tinggal dalam ingatan, karena ia menyisakan kesan yang dalam.
Contoh Sederhana
Bayangkan cerita tentang seorang pekerja kantoran yang setiap hari menghadapi kemacetan, pekerjaan menumpuk, dan atasan yang sulit diajak bicara. Di rumah, ia hanya ingin istirahat, tapi rasa cemas soal hari esok membuatnya susah tidur. Ia bukan sosok heroik, bukan tokoh luar biasa, hanya manusia biasa yang mencoba bertahan. Ini adalah cerita yang sederhana, tapi sangat akrab bagi banyak orang.
Atau kisah seorang pelajar yang merasa tidak cukup pintar meski sudah berusaha keras. Ia takut mengecewakan orang tuanya, tapi juga tidak tahu bagaimana menyampaikan apa yang ia rasakan. Kisah ini tidak memiliki ledakan konflik, tapi memiliki kedalaman emosi yang dapat dikenali oleh banyak orang yang pernah berada di posisi serupa.
Cerita seperti ini tidak perlu efek visual atau dialog dramatis. Ia hanya butuh kejujuran dan perhatian pada detail kehidupan sehari-hari. Justru dari hal-hal itulah kekuatannya tumbuh.
Membangun dalam Kehidupan Nyata
Setiap orang bisa menjadi penutur cerita yang relatable. Untuk melakukannya, langkah pertama adalah memperhatikan kehidupan sendiri dan orang-orang di sekitar. Dengarkan cerita kecil, pergumulan ringan, dan harapan-harapan sederhana. Di sanalah sumber inspirasi berada.
Kedua, cobalah menulis atau menyampaikan cerita dengan jujur. Jangan takut untuk menampilkan sisi lemah atau rentan dari tokoh cerita, bahkan jika itu adalah cerminan dari diri sendiri. Justru kejujuran emosional itulah yang menciptakan koneksi.
Ketiga, hindari keinginan untuk membuat cerita menjadi terlalu sempurna. Cerita yang relatable bukan tentang penyelesaian yang ideal, melainkan tentang proses. Biarkan pembaca ikut merasakan naik turunnya emosi, membentuk ikatan, dan menyimpulkan makna masing-masing.
Akhirnya, pahami bahwa cerita bukan sekadar sarana hiburan, tapi juga media untuk memperkuat hubungan antarmanusia. Dalam dunia yang kerap terasa terfragmentasi, cerita yang relatable bisa menjadi jembatan yang menyatukan hati dan pengalaman.
Kesimpulan
Cerita yang relatable tidak perlu heboh atau luar biasa untuk bisa membekas di hati. Ia hanya perlu jujur, akrab, dan penuh dengan rasa kemanusiaan. Dalam setiap kehidupan biasa, selalu ada kisah yang luar biasa jika diceritakan dengan kepekaan dan empati. Karena pada akhirnya, yang membuat cerita menjadi berarti bukan seberapa besar dramanya, tapi seberapa dalam ia menggambarkan diri kita sendiri.
Melalui cerita yang relatable, kita belajar bahwa setiap pengalaman memiliki nilai. Kita menjadi saling memahami, saling mendengar, dan saling merasa. Dan dari situlah, koneksi sejati antara manusia bisa terjalin, dari satu cerita ke cerita lain, dari satu hati ke hati yang lain.
Ingin meningkatkan visibilitas dan pertumbuhan bisnis di dunia digital? DIGIMA siap membantu! Kami menyediakan layanan pembuatan konten Instagram yang menarik, pengembangan website profesional, serta produksi video pendek yang engaging untuk meningkatkan interaksi dengan audiens. Optimalkan strategi pemasaran digitalmu bersama DIGIMA! Hubungi Admin DIGIMA atau kirim DM ke Instagram DIGIMA sekarang dan temukan solusi terbaik untuk bisnis Anda.