Menghadirkan iklan yang benar-benar menarik perhatian bukan hanya soal desain atau gimmick visual, tetapi tentang seberapa dalam pesan tersebut terhubung dengan kebutuhan audiens. Salah satu pendekatan paling kuat dalam dunia periklanan adalah fokus pada pain point, yaitu masalah utama yang dihadapi pelanggan. Ketika iklan dapat menggambarkan masalah tersebut dengan tepat, maka peluang terjadinya konversi akan meningkat secara signifikan.
Memahami pain point berarti memahami sisi emosional, kebutuhan, dan hambatan yang dialami audiens. Dengan pendekatan ini, sebuah iklan tidak hanya tampak menarik tetapi juga terasa relevan bagi orang yang melihatnya. Inilah yang membuat strategi ini sangat efektif untuk berbagai jenis bisnis, baik skala kecil maupun besar.
Mengapa Pain Point Menjadi Fokus Utama dalam Iklan
Pain point adalah persoalan atau kesulitan yang benar-benar mengganggu pelanggan. Ketika iklan berbicara tepat pada masalah tersebut, audiens merasa dimengerti dan lebih tertarik untuk mencari solusi. Pada tahap ini, iklan bukan hanya mempromosikan produk, tetapi juga menawarkan jalan keluar dari masalah yang nyata.
Selain itu, fokus pada pain point membuat iklan dapat membangun hubungan emosional yang kuat. Orang cenderung lebih responsif terhadap pesan yang menyentuh pengalaman pribadi mereka dibandingkan pesan promosi biasa. Akibatnya, brand dapat membangun kepercayaan lebih cepat karena menunjukkan empati dan pemahaman terhadap kebutuhan pelanggan.
Iklan yang menyoroti pain point juga cenderung memiliki tingkat CTR dan engagement lebih tinggi. Hal ini terjadi karena pesan iklan langsung terasa relevan sejak detik pertama, sehingga membuat audiens berhenti scroll dan memperhatikan. Strategi ini bahkan terbukti lebih efektif dibandingkan iklan yang hanya menonjolkan fitur produk tanpa konteks masalah.
Baca Juga: Buat Series Iklan Bersambung untuk Meningkatkan Engagement dan Penjualan
Cara Mengidentifikasi Pain Point Audiens
Untuk menciptakan iklan yang fokus pada pain point, langkah pertama adalah memahami masalah utama audiens secara mendalam. Pengumpulan data menjadi fondasi penting untuk menyusun pesan yang tepat sasaran. Anda dapat memanfaatkan ulasan pelanggan, komentar di media sosial, hasil survei, hingga wawasan dari tim sales untuk menemukan pola masalah yang paling sering muncul.
Setelah memahami masalah tersebut, langkah berikutnya adalah memvalidasi apakah pain point tersebut memang dianggap penting oleh audiens. Validasi ini dapat dilakukan melalui tes iklan A/B, small survey, atau pengamatan respon dalam kampanye organik. Dengan cara ini, mesin promosi dapat memastikan bahwa pesan yang digunakan benar-benar sesuai dengan kebutuhan pasar.
Penting juga untuk memetakan pain point berdasarkan segmentasi audiens. Setiap segmen memiliki masalah yang berbeda, sehingga pendekatan iklan juga harus disesuaikan. Misalnya, pelanggan baru mungkin memiliki masalah kurang percaya pada produk, sedangkan pelanggan lama mungkin terganggu oleh fitur tertentu yang belum optimal.
Strategi Menyampaikan Pesan Pain Point dalam Iklan
Setelah pain point ditemukan, langkah selanjutnya adalah menyusunnya menjadi pesan iklan yang efektif. Penyampaian harus dilakukan dengan bahasa sederhana dan langsung agar audiens segera memahami inti pesan. Kalimat pembuka sebaiknya menyoroti masalah dengan jelas untuk memancing perhatian sejak awal.
Selanjutnya, barulah brand menunjukkan bagaimana produk atau layanan dapat menjadi solusi. Jangan terlalu banyak menonjolkan fitur teknis, tetapi jelaskan manfaat langsung yang bisa mengurangi atau menghilangkan masalah tersebut. Audiens akan lebih terhubung dengan iklan yang terasa personal dan memberikan harapan nyata.
Visual dalam iklan juga harus mendukung narasi masalah dan solusi. Gambar atau video yang menggambarkan situasi terkait pain point dapat membuat pesan semakin mudah dipahami. Dengan kombinasi visual dan pesan yang tepat, iklan akan terasa kuat dan persuasif tanpa terlihat memaksa.
Contoh Penerapan Pain Point dalam Iklan
Iklan yang fokus pada pain point banyak digunakan oleh brand besar maupun bisnis kecil karena efektivitasnya. Misalnya, sebuah aplikasi manajemen keuangan dapat membuka iklan dengan gambaran seseorang yang kewalahan mengatur pengeluaran. Narasi tersebut langsung berbicara pada audiens yang mengalami kegelisahan serupa.
Contoh lainnya adalah brand kecantikan yang mengangkat masalah kulit berjerawat. Mereka memulai iklan dengan menampilkan kondisi kulit yang membuat seseorang kurang percaya diri, lalu memperkenalkan produk yang mampu mengatasi masalah tersebut. Pendekatan ini bekerja karena menghubungkan kondisi emosional dengan solusi yang ditawarkan produk.
Di industri makanan, pain point bisa berupa waktu memasak yang lama. Iklan yang menggambarkan seseorang kelelahan setelah kerja lalu kesulitan menyiapkan makanan akan langsung memicu empati. Ketika produk makanan siap saji muncul sebagai solusi, audiens akan merasa tertarik karena relevan dengan keseharian mereka.
Dampak Positif Iklan yang Berfokus pada Pain Point
Ketika pain point dijadikan fokus utama, iklan dapat memberikan dampak besar pada brand awareness maupun konversi. Audiens merasa dipahami sehingga hubungan dengan brand menjadi lebih erat. Dalam jangka panjang, strategi ini meningkatkan loyalitas dan kepercayaan pelanggan.
Selain itu, iklan semacam ini biasanya lebih efisien dari sisi biaya karena pesan yang relevan menghasilkan performa lebih baik. Algoritma platform periklanan juga cenderung mempromosikan iklan yang mendapatkan engagement tinggi, sehingga biaya per klik bisa menjadi lebih murah.
Iklan yang fokus pada pain point juga membantu brand membedakan diri dari kompetitor. Sebagian besar brand hanya menonjolkan fitur, sehingga pendekatan empati ini membuat iklan terasa lebih manusiawi dan persuasif di mata audiens.
Baca Juga: Pakai Trending Hashtag di Ads
Kesimpulan
Fokus pada pain point dalam iklan merupakan strategi yang sangat efektif untuk menarik perhatian audiens dan meningkatkan konversi. Dengan memahami masalah yang dialami pelanggan dan menyampaikannya dalam pesan yang relevan, iklan dapat menciptakan hubungan emosional yang kuat. Pendekatan ini tidak hanya membantu menjual produk, tetapi juga membangun kepercayaan pada brand untuk jangka panjang.
Kami siap membantu Anda meningkatkan visibilitas dan mendorong pertumbuhan bisnis di ranah digital. Kami mewujudkan hal tersebut dengan menciptakan konten Instagram yang dirancang untuk membangun interaksi dan komunitas loyal, mengembangkan website profesional sebagai wajah kredibel bisnis Anda untuk menarik pelanggan, serta memproduksi video pendek yang engaging guna menjangkau audiens baru secara lebih efektif.
Mari diskusikan kebutuhan bisnis Anda. Hubungi Admin DIGIMA atau kirim DM ke Instagram DIGIMA sekarang!



