Iklan Pendek yang Relatable: Ketika Sekilas Cerita Menyentuh Banyak Hati

Table of Contents

Di tengah padatnya arus konten digital, perhatian adalah komoditas paling berharga. Brand bersaing bukan hanya untuk dilihat, tetapi juga untuk dipahami dan diingat. Di sinilah peran iklan pendek yang relatable semakin terasa penting. Iklan tidak perlu panjang, mewah, atau dipenuhi visual yang kompleks. Yang dibutuhkan justru adalah kesederhanaan yang jujur, menyentuh, dan dekat dengan kehidupan nyata audiens.

Format iklan pendek biasanya berdurasi 15 hingga 60 detik memaksa brand untuk menyampaikan pesan dengan cepat dan tepat. Namun di balik keterbatasan waktu itu, terbuka ruang untuk kreativitas yang luar biasa, terutama jika dibalut dalam cerita yang relatable. Saat penonton merasa “iklan ini seperti cerita gue,” maka pesan brand telah menembus batas antara komersial dan personal.

Baca juga: Iklan Relatable di YouTube: Menemukan Cerita di Tengah Scroll Tanpa Henti

Relatable Itu Soal Perasaan yang Sama

Relatable bukan hanya soal menunjukkan situasi yang sering terjadi, tetapi menyentuh perasaan yang umum dirasakan banyak orang. Bisa jadi tentang bangun kesiangan, ditinggal transportasi umum, atau lupa membawa dompet saat antre di kasir. Situasi-situasi kecil seperti ini, jika dikemas dengan narasi emosional yang jujur, justru menciptakan koneksi yang lebih kuat dibanding kampanye berskala besar.

Contoh iklan pendek yang relatable bisa dimulai dari adegan sederhana: seorang anak pulang sekolah, membuka pintu rumah yang kosong, duduk sendiri di meja makan, lalu tersenyum saat ibunya mengirim pesan, “Makanan favoritmu di meja, ya.” Hanya 30 detik, tapi bagi banyak orang, ini menyentuh memori, kebiasaan, atau kerinduan. Produk misalnya makanan siap saji atau layanan pesan antar—hanya menjadi latar cerita, bukan tokoh utama.

Relatable juga berarti jujur. Tidak mengglorifikasi, tidak menggurui, dan tidak mencoba tampil sempurna. Iklan yang bisa mengakui kekacauan hidup, ketidaksempurnaan manusia, dan memperlihatkan usaha kecil untuk bertahan, akan jauh lebih menyentuh.

freelancer bekerja dari rumah menggunakan laptop di dapur modern - orang menggunakan laptop potret stok, foto, & gambar bebas royalti

Durasi Singkat, Dampak Panjang

Durasi yang pendek bukan halangan untuk menyampaikan pesan yang kuat. Justru, ia menjadi tantangan kreatif untuk merangkum emosi, cerita, dan identitas brand dalam waktu terbatas. Di sinilah kekuatan storytelling benar-benar diuji. Dalam 15 detik, satu kalimat bisa mengubah persepsi. Dalam 30 detik, satu adegan bisa menciptakan keharuan.

Sebagai contoh, sebuah brand kopi lokal bisa membuat iklan berdurasi 20 detik dengan hanya satu adegan: seorang ayah menyeduh kopi pagi hari sambil menulis catatan kecil untuk anaknya yang akan ujian. Kamera hanya menyorot dua tangan, uap kopi, dan secarik kertas bertuliskan “Semangat, kamu bisa.” Penonton yang pernah merasakan dukungan dalam sunyi akan langsung tersentuh.

Dalam iklan pendek yang relatable, yang penting bukan seberapa banyak informasi yang disampaikan, tetapi seberapa kuat perasaan yang ditinggalkan. Audiens mungkin tidak ingat nama produknya secara langsung, tetapi mereka akan ingat rasa hangat yang muncul setelah menontonnya. Dan rasa itu akan tertaut ke brand.

Bahasa Visual dan Suara Sehari-hari

Untuk membangun kedekatan, iklan pendek yang relatable harus menggunakan bahasa yang biasa digunakan audiensnya, baik secara visual maupun verbal. Penggunaan set rumah biasa, jalanan kota yang familiar, hingga suara-suara yang akrab seperti pintu dibuka, suara ketel air mendidih, atau cuitan burung pagi bisa membangun atmosfer yang nyata.

Begitu pula dengan dialog. Gunakan bahasa sehari-hari. Hindari istilah teknis atau jargon brand. Kalimat sederhana seperti “Yah, lupa lagi…” atau “Ma, hari ini capek banget…” jauh lebih membekas dibandingkan slogan yang terlalu generik. Penonton lebih tertarik pada kisah, bukan kata-kata promosi.

Penggunaan subtitle atau teks di layar juga membantu memperkuat kedekatan. Banyak pengguna menonton tanpa suara, sehingga teks yang muncul bisa memperjelas maksud cerita. Namun, pastikan teks tersebut tidak kaku. Gunakan gaya bahasa ringan, seolah-olah itu bagian dari percakapan personal.

Karakter yang Mewakili Kehidupan Nyata

Karakter dalam iklan pendek harus bisa mewakili siapa saja. Bukan model profesional dengan wajah sempurna, tapi orang-orang biasa yang bisa ditemui sehari-hari. Wajah lelah setelah kerja, senyum polos anak kecil, atau bahkan ekspresi bingung saat salah naik bus semuanya punya kekuatan untuk mewakili banyak orang.

Kehadiran karakter seperti ini akan membuat penonton merasa terwakili. Mereka tidak sedang menonton iklan, tapi melihat potongan kehidupan yang akrab. Ini menciptakan ikatan emosional, bahkan jika iklannya hanya berlangsung beberapa detik.

Brand juga bisa memperkuat kedekatan ini dengan menampilkan representasi yang inklusif. Menunjukkan berbagai latar belakang budaya, usia, profesi, dan gaya hidup tidak hanya relevan secara sosial, tapi juga memperluas kemungkinan untuk menjadi relatable bagi lebih banyak orang.

Menempatkan Produk dalam Cerita, Bukan Memaksakannya

Salah satu kesalahan umum dalam iklan pendek adalah mencoba memasukkan semua informasi dalam waktu singkat. Ini justru membuat pesan terasa terburu-buru dan memaksa. Sebaliknya, iklan pendek yang relatable menempatkan produk sebagai bagian alami dari cerita.

Sebagai contoh, dalam sebuah video berdurasi 25 detik, seorang mahasiswa terlihat begadang di perpustakaan. Di tengah rasa kantuknya, ia mengeluarkan snack dari tas, mengunyah pelan sambil melanjutkan membaca. Tidak ada dialog, tidak ada klaim keunggulan produk. Tapi dari situ penonton tahu, produk itu hadir di momen-momen penting dan personal.

Pendekatan seperti ini membangun asosiasi yang lebih kuat dibandingkan kalimat seperti “Terbuat dari bahan alami!” atau “Pilihan nomor satu!” karena ia berbicara dari pengalaman, bukan iklan.

Sentuhan Emosi yang Menghangatkan

Agar iklan pendek menjadi relatable, emosi harus menjadi pusatnya. Tidak selalu harus sedih atau dramatis. Bisa juga berupa harapan kecil, kelegaan setelah hari yang panjang, atau senyum karena hal sederhana.

Emosi yang hangat lebih mudah menyentuh hati penonton karena ia tidak mengintimidasi. Iklan yang memperlihatkan interaksi kecil antarkeluarga, perhatian antar-teman, atau bahkan kepedulian pada diri sendiri, dapat membawa pesan yang kuat tanpa perlu menangis atau tertawa keras-keras.

Saat penonton merasakan emosi yang sama, mereka akan membawa pulang bukan hanya pesan brand, tapi juga rasa yang tertanam. Dan ketika rasa itu menyenangkan, brand menjadi bagian dari memori positif mereka.

Kesimpulan

Iklan pendek yang relatable adalah bentuk komunikasi yang mengedepankan empati, bukan ekspektasi. Ia tidak sibuk mencoba menjadi sempurna, tetapi berusaha untuk jujur. Di dunia yang penuh distraksi, kehadiran iklan yang singkat namun penuh makna seperti ini justru menjadi oase.

Keberhasilan iklan seperti ini tidak diukur dari berapa juta views yang diperoleh, tapi dari berapa hati yang disentuh. Dalam durasi singkat, iklan ini mampu meninggalkan kesan panjang. Dan ketika penonton merasa bahwa cerita itu tentang mereka, brand tidak hanya berhasil menjual, tapi telah menjadi bagian dari hidup.

Ingin meningkatkan visibilitas dan pertumbuhan bisnis di dunia digital? DIGIMA siap membantu! Kami menyediakan layanan pembuatan konten Instagram yang menarik, pengembangan website profesional, serta produksi video pendek yang engaging untuk meningkatkan interaksi dengan audiens. Optimalkan strategi pemasaran digitalmu bersama DIGIMA! Hubungi Admin DIGIMA atau kirim DM ke Instagram DIGIMA sekarang dan temukan solusi terbaik untuk bisnis Anda.